:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2802482/original/070195400_1557550370-IMG-20190510-WA0065.jpg)
Liputan6.com, Kediri - Ada beragam cara yang dilakukan anak-anak muda untuk mengisi kegiatan ngabuburit di Kediri pada Bulan Suci Ramdahan tahun ini. Salah satunya adalah melakukan kegiatan grafiti atau melukis di tembok menggunakan cat semprot.
Dua jam menjelang waktu berbuka puasa, sebelum azan Magrib berkumandang, di perempatan lampu merah jalan Raya tembus Kaliombo terlihat segerombolan pemuda nampak asyik mengambar tembok.
Apa yang mereka lakukan ini menyita perhatian para pengguna jalan yang kebetulan melintas disana. Secara bergantian tiga pemuda yang menggambar di dinding itu menuangkan ide, pikiran dan gagasan yang ada di otak mereka untuk diwujudkan dalam sebuah gambar.
Yogi (28), warga Kelurahan Mrican Kecamatan Mojoroto Kota Kediri mengatakan konsep yang dilukis pada tembok berukuran 3 X 6 meter ini sedikit menyinggung prihal pemilu 2019 mengenai maraknya berita atau informasi hoaks
"Untuk mengisi ngabuburit mas, sedikit menyinggung pasca pemilu. Sekarang banyak beredar hoaks, banyak beredar berita yang nggak jelas. Disini saya menggambarkan mata sama mulut terpisah jadi apa yang dilihat sama diomongkan berbeda," tutur pemuda yang membuka rintisan usaha jasa tato ini, Jumat (10/05/2019).
Yogi mengaku, sebelum proses menggambar dilakukan ia bersama dua orang temanya Oky dan Rendy, terlebih dahulu mereka harus meminta izin ke pemilik rumah. Setelah mendapat ijin, ia baru berani mulai menggambar. "Responya bagus, asal gambarnya tidak jorok," katanya.
Proses grafiti yang ia lakukan saat ngabuburit di Kediri ini membutuhkan waktu setidaknya lebih dari dua hari, tergantung tingkat kesulitan objek yang digambar. Ia bersama dua orang temanya saling bersinergi dan menguasai materi konsep yang digambar sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan ketika menyatukan visi masing-masing.
Yogi memaparkan bahan cat semprot yang dibutuhkan untuk menggambar dinding berukuran 3 X 6 meter, ia menghabiskan kurang lebih dua dos cat semprot. Jika dinominalkan, ia bersama temanya bisa merogoh kocek hingga Rp. 500 ribu.
"Kita beli cat semprotnya pantungan mas, terkadang ada sisa cat pekerjaan di kafe masih bisa kita pakai lagi," ucap pemuda lulusan sekolah menengah kejuruan ini.
Mereka menganggap grafiti bukan hanya sekedar hobi, melainkan juga aktualisasi diri dimana mereka bisa mengekprseikan bakat yang mereka miliki. Pada umumnya mereka memilih sasaran yang menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri pada sebuah tembok bangunan dipusat keramaian.
"Bangunan tembok yang ada dipusat keramaian, ini dimaksudkan untuk fungsi keindahan. Agar orang berkendara di jalan punya pandangan lain di jalan," ujarnya.
Torehan karya para seniman ini membuat bagian kota yang terlupakan menjadi lebih berwarna.
http://bit.ly/2WAuKtH
May 11, 2019 at 05:15PM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com http://bit.ly/2WAuKtH
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment