Menurut laporan Save the Children, anak-anak militan ISIS sempat berada dalam tempat yang membahayakan, setidaknya pada Februari 2019. Mereka hidup di kamp pengungsian dan tidak mendapatkan makanan serta perawatan medis yang layak.
Sementara itu, ratusan anak juga sempat merasakan sesaknya penjara. Mereka ditahan bersama ibu mereka yang dinyatakan bersalah.
Berbagai organisasi yang peduli terhadap kemanusiaan serta hak anak, telah menyerukan masyarakat dunia untuk peduli terhadap hal ini.
"Semua anak yang lahir dari pihak yang berasosiasi dengan ISIS adalah korban dari konflik dan harus diperlakukan dengan baik," kata Kirsty McNeill dari Save the Children.
Sementara itu, Usama Hasan, kepala Studi Islam di Quilliam International mengatakan bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab untuk mengambil kembali anak-anak militan ISIS.
"Ada tanggung jawab moral bagi setiap negara untuk mengambil kembali anak-anak ini." kata Usama.
Meskipun demikian, pemulangan anak tidak serta merta tanpa konsekuensi.
"Anak-anak, khususnya anak laki-laki, telah menjalani indoktrinasi psikologis dan pelatihan militer intensif di wilayah ISIS sejak usia yang sangat muda," kata Gina Vale, penulis di ICSR.
Meskipun terdapat risiko, Vale mengatakan bahwa tidak membawa anak-anak kembali ke negara asal, justru akan mendatangkan konsekuensi yang lebih buruk di masa yang akan datang.
Hingga saat ini, jalan keluar yang dirasa paling mungkin adalah mempraktikkan adopsi berlandaskan hak asasi manusia, untuk repatriasi dan rehabilitasi.
http://bit.ly/2Me5VCW
May 30, 2019 at 06:54PM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com http://bit.ly/2Me5VCW
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment