Wednesday, January 2, 2019

Senang Inflasi 2018 Capai 3,13 Persen, Sri Mulyani Tetap Waspadai Ekonomi Global

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Desember 2018 mencapai 0,62 persen. Dengan demikian, inflasi tahunan (year on year) sepanjang 2018 mencapai sebesar 3,13 persen.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku senang atas capaian inflasi pada 2018 sebesar 3,13 persen. Sebab, angka ini terbilang lebih rendah dari pada target yang patok pemerintah sebesar 3,5 persen plus minus satu.

"Tadi pagi BPS menyampaikan inflasi Desember 2018, sehingga realisasi inflasi sepanjang tahun 2018 tetap terjaga di 3,13 persen. Ini lebih rendah dari perkiraan awal yang diatas 3,2 persen yang disampaikan di berbagai kesempatan," kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Meski terjaga di  level 3,13 persen, Sri Mulyani tetap mewaspadai berbagai indikator perekonomian global yang sewaktu-waktu dapat menggangu tren positif inflasi di 2019. Dengan begitu, keberlanjutan pemerintah dalam mengendalikan inflasi akan terus meningkat.

"Kita tetap harus mewaspadai berbagai indikator dari lingkungan perekonomian global yang masih tidak pasti. Ketidakpastian moneter di AS, perang dagang AS-Tiongkok, dan ini menyebabkan dinamika yang kita lihat di 2018," jelas dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 2018 sebesar 3,13 persen. Inflasi tersebut di bawah target pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 3,5 persen plus minus 1 dan di bawah pencapaian pada 2017 sebesar 3,61 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi 2018 sebagian besar disumbang bahan makanan sebesar 0,68 persen. Namun dari sisi komoditas, kenaikan bensin memberi andil terbesar yaitu 0,26 persen.

"2018 penyebab utamanya bahan makanan 0,68 persen andilnya. Disusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar," ujarnya.

Suhariyanto melanjutkan, berbeda dengan 2018, pada 2017 inflasi sebagian besar disumbang oleh kenaikan tarif transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kemudian, disusul oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

"Pada 2017 inflasi 3,61 persen penyebab utamanya pertama transportasi komunikasi dan jasa keuangan. Kedua adalah perumahan, air listrik gas dan bahan bakar. kita ingat pada waktu itu ada kenaikan TDL," jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2F2lo3R

January 02, 2019 at 08:36PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2F2lo3R
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment