Monday, March 18, 2019

BMKG: Gaya Pembangkit Gempa Lombok Masih Misteri

Liputan6.com, Jakarta - Pulau Lombok kembali diguncang gempa dengan magnitudo M=5,4 dan M=5,1 pada Minggu 17 Maret 2019 pukul 14.07.26 WIB dan 14.09.19 WIB. Gempa Lombok ini selain menimbulkan kerusakan bangunan rumah, juga memicu dampak ikutan bencana (collateral hazard) berupa longsoran lereng yang menelan korban jiwa.

"Jika kita mencermati pemutakhiran peta tingkatan guncangan produk BMKG, tampak dampak gempa yang berpusat di Lombok timur ini memang berpotensi merusak," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (18/3/2019).

Di wilayah Kabupaten Lombok Timur khususnya daerah Sembalun dan sekitarnya dampak guncangan mencapai skala intensitas V-VI MMI yang berpotensi merusak. Sementara di wilayah Kabupaten Lombok Utara guncangan kuat terjadi mencapai skala intensitas IV-V MMI.

"Peta Shake map ini terbukti akurat, karena berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dampak gempa telah menimbulkan sebanyak 499 rumah rusak ringan dan 28 rumah rusak berat," ujar dia.

Selain menimbulkan kerusakan rumah, gempa Lombok juga memicu terjadinya dampak ikutan bencana berupa longsoran lereng. Longsoran akibat guncangan gempa ini terjadi di Kawasan Wisata Air Terjun Tiu Kelep di Kabupaten Lombok Utara yang berjarak sekitar 24 km arah barat laut dari pusat gempa (episenter). Dilaporkan beberapa orang menjadi korban akibat tertimpa material longsoran.

"Terjadinya peristiwa longsoran pasca gempa kuat memang lazim terjadi di daerah perbukitan tua, karena pada saat terjadi gempa kuat di kawasan perbukitan terjadi peningkatan percepatan getaran tanah akibat efek topografi. Jika kondisi lereng sedang dalam kondisi tidak stabil maka peristiwa longsor dapat terjadi," jelas Daryono.

Kondisi ketidakstabilan lereng di Kawasan Wisata Air Terjun Tiu Kelep memang sangat mungkin terjadi, karena wilayah ini merupakan kawasan yang sering kali mengalami guncangan gempa kuat saat Gempa Lombok Juli-Agustus 2018.

"Saat itu gempa kuat terjadi silih berganti sebanyak 5 kali dengan kekuatan Magnitudo 6.4, 7.0, 5,8, 6,2, dan 6.9. Tidak hanya guncangan gempa kuat, Gempa Lombok tahun 2018 juga diikuti gempa susulan sebanyak lebih dari 2.456 kali," terang Daryono.

Sumber BPBD Provinsi NTB juga melaporkan dampak gempa sementara yaitu adanya korban meninggal sebanyak 3 orang (2 wisatawan Malaysia dan 1 warga Bayan Lombok Utara) dan korban luka-luka sebanyak 62 orang.

Hingga pukul 11.00 WIB Senin 18 Maret 2019 siang, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi sebanyak 45 kali aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar magnitudo 5,1 dan magnitudo terkecil 1,9.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa Lombok ini termasuk dalam klasifikasi gempa kerak dangkal akibat (shallow crustal earthquake) aktivitas sesar lokal di sebelah tenggara Gunung Rinjani. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dipicu penyesaran dengan mekanisme turun (normal fault)," terangnya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2Fks0KH

March 18, 2019 at 03:17PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2Fks0KH
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment