Wednesday, March 27, 2019

Bioplastik, Plastik Ramah Lingkungan dari Singkong

Liputan6.com, Bandung - Sampah plastik menjadi masalah besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan 24 persennya masih tidak terkelola.Berbagai alternatif ditawarkan, salah satunya biodegradable plastic atau bioplastik.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) menawarkan inovasi teknologi untuk mengatasi permasalahan limbah plastik tersebut.

Inovasi LIPI ini yaitu bioplastik yang dikembangkan dengan menggunakan bahan terbuat dari tapioka alias ubi kayu. Seperti apa proses kimiawi pengembangan bioplastik dari singkong tersebut?

Peneliti LPTB LIPI, Hanif Dawam Abdullah mengungkapkan, pihaknya telah mengembangkan bioplastik sebagai alternatif untuk menggantikan plastik biasa.

“Bioplastik tersebut berbasis pati yang mudah diurai mikroba alami dengan cepat. Berpeluang menjadi solusi limbah plastik saat ini,” kata Hanif yang disampaikannya dalam kegiatan media tour di Bandung, Senin 25 Maret 2019. 

Bioplastik ini bisa menjadi alternatif pengganti plastik konvensional karena sifatnya yang mudah terurai secara sempurna oleh mikroba yang ada di dalam tanah atau dalam air.

"Kalau plastik biasa kan hanya sekali pakai padahal tidak bisa dimakan mikroba sehingga menumpuk jadi limbah. Sedangkan bioplastik berbahan singkong ini diambil dari patinya karena memiliki kemiripan struktur polymer pada bahan plastik biasa, sehingga permasalahan lingkungan bisa teratasi," ujar Hanif.

Sejauh ini penggunaan plastik paling banyak untuk kemasan makanan, yaitu sekitar 60 persen. Plastik sendiri tersusun dari polimer-polimer yang memiliki berat lebih ringan daripada air sehingga benda tersebut sangat mudah mengambang di air.

Adapun bahaya lain yang ditimbulkan dari sampah plastik adalah ketika terpecah menjadi butiran-butiran kecil. Pecahan plastik ini tidak dapat secara langsung terurai oleh bakteri. Sedangkan plastik membutuhkan membutuhkan waktu di atas 3000 tahun untuk terurai.

Oleh karena itu saat plastik terpecah menjadi butiran kecil yang tetap memiliki sifat dasar dengan plastik berukuran itu biasanya dikira sebagai makanan oleh para plankton yang ada di laut. Kemudian plankton akan dimakan ikan dan ikan tersebut akhirnya dimakan oleh manusia atau ikan besar lainnya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2OtgFuK

March 27, 2019 at 05:02PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2OtgFuK
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment