Saturday, December 15, 2018

Menjemput Salju ke Negeri China (Bagian 3)

Di lokasi yang tak jauh dari West Lake itu, pengunjung dapat berjalan menyusuri perkebunan teh dan melihat proses pembuatan, mulai dari pemotongan, pemisahan dan pengeringan, sampai menjadi teh yang siap diminum. Karena perkebunan tehnya tertutup salju, kami memangkas prosesi tersebut dan langsung pada ritual minum teh.

Ternyata, cerita itu benar adanya. Teh hijau yang wangi dan rasa yang segar disajikan di tengah cuaca dingin adalah paduan yang tepat. Apalagi teh hijau Longjing ini ampasnya bisa langsung dikunyah dan ditelan saat meminumnya. Sungguh sebuah sajian yang menyenangkan di tengah cuaca yang tak bersahabat.

Tak hanya minum teh, untuk makan siang kami juga memilih sebuah restoran di Longjing Village. Salju turun makin lebat, jalanan, rumah serta kendaraan yang tengah parkir sudah dipenuhi salju. Tapi, berjalan di sepanjang trotoar menuju restoran sambil diguyur hujan salju adalah sensasi tersendiri.

Tiba di restoran kami langsung disuguhi ragam makanan tradisional China dan lokal. Salah satunya adalah Ayam Pengemis yang sangat terkenal. Konon, dulu ada seorang pengemis di Kota Hangzhou yang mencuri ayam milik warga. Sang pengemis berniat memasaknya tapi tidak memiliki kuali. Karena takut ketahuan, pengemis tersebut membungkus ayam dengan daun teratai serta melumurinya dengan lumpur untuk kemudian dibakar.

Ternyata, rasa dari masakan tersebut sangat lezat dan harumnya tercium sampai kemana-mana. Saat seorang pemilik restoran terkenal di Hangzhou lewat dan mencium bau masakan tersebut, ia meminta sang pengemis untuk menjadi koki di restorannya yang kemudian membuat menu Ayam Pengemis.

Bedanya, Ayam Pengemis yang disajikan kepada kami sudah tidak lagi dibungkus tanah liat, melainkan dengan alumunium foil, namun tetap dibungkus daun teratai. Tekstur daging ayam sangat empuk dan lembut, sehingga kita dengan mudah mengambilnya menggunakan sumpit atau sendok.

Setelah puas bermain salju di Longjing Village, kami pun kembali ke pusat Kota Hangzhou. Sebelum kembali ke Shanghai malam nanti, kami masih punya destinasi terakhir, yaitu mengunjungi arena olahraga yang akan digunakan dalam perhelatan Asian Games 2022 mendatang.

Kawasan Hangzhou Olympic Sports Centre di Kota Hangzhou, China yang tertutup salju musim dingin. (Liquid/Raetedy Refanatha)

Sebuah 'teratai' raksasa sudah dibangun sebagai venue sekaligus tempat berlangsungnya upacara pembukaan dan penutupan pesta olahraga itu, namanya Hangzhou Olympic Sports Centre. Dengan total biaya yang dikucurkan untuk pembangunan sekitar Rp 5,5 triliun, gelanggang olahraga ini didirikan di selatan Sungai Qiantang dan timur Jembatan Qianjiang.

Stadion yang memiliki desain kelopak bunga seperti teratai dan dijuluki penduduk sekitar dengan White Lotus memiliki kapasitas kursi bisa menampung hingga 80 ribu penonton. Tersedia pula venue lain yang terdiri dari kolam renang, lapangan tenis, baseball, softball, hoki, atletik dalam ruangan, dan olahraga berat. Semuanya berdaya tampung sampai 18.000 kursi.

Struktur bangunannya didesain bisa bertahan hingga 100 tahun dan dianggap sebagai ikon baru dari Hangzhou. Dari segi ukuran, Stadion Hangzhou Olympic Sports Centre lebih besar dari Stadion Bird’s Nest di Beijing. Total luas bangunannya 225.000 meter persegi, terdiri dari enam lantai di atas tanah dan dua lantai di bawah tanah.

Selain itu, kami juga mengunjungi venue lain yang baru selesai dibangum, yaitu gelanggang olahraga renang, senam dan bulutangkis. Dilihat dari persiapannya, Asian Games di Kota Hangzhou akan tampil megah, tak kalah dengan tuan rumah pendahulunya, Jakarta-Palembang.

Usai melihat deretan stadion yang bagus itu, berakhir pula perjalanan kami di Hangzhou dan saatnya untuk kembali ke Shanghai. Namun, tak ingin rasanya segera meninggalkan kota yang tengah dipenuhi salju ini.

Cuaca dingin, pakaian tebal, dan hujan salju telah menjadi teman dekat kami selama beberapa hari terakhir. Demikian pula dengan modem JavaMifi yang kami gunakan untuk menggerakkan perangkat komunikasi selama perjalanan ini.

Fakta bahwa komunikasi dan koneksi internet kami tak terganggu di tengah cuaca ekstrim selama perjalanan ini patut dipujikan. Meski bagi General Manager JavaMifi Arindro Nugroho yang ikut dalam rombongan fakta itu hal yang biasa, bagi kami itu sebuah prestasi.

Jadi, destinasi mana yang akan dipilih JavaMifi untuk tantangan berikutnya? Alaska atau Kutub Utara?

Hujan salju perdana di musim dingin 2018 di kawasan wisata West Lake, Hangzhou, China.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2EtdkJS

December 15, 2018 at 04:05PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2EtdkJS
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment