Liputan6.com, Jakarta - Harga emas jatuh ke level terendah dalam satu minggu terakhir pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Ini karena ekspektasi akan kesepakatan perdagangan AS-Cina mendukung sentimen risiko.
Sementara, investor emas akan menyaksikan bagaimana pasar keuangan lainnya bereaksi terhadap pertemuan Federal Reserve minggu ini, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga.
Dikutip CNBC, harga emas di pasar Spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.487,08 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,4 persen menjadi USD 1.489,40 per ounce.
"Emas masih turun karena nada positif di pasar saat ini mengenai perang perdagangan AS-Cina dan Brexit," kata Chris Gaffney, Presiden Pasar Dunia di TIAA Bank.
Dia menambahkan, penurunan suku bunga yang diharapkan oleh The Fed dapat mengangkat harga emas kembali di atas USD 1.500.
Presiden A.S. Donald Trump pada hari Senin mengatakan dia berharap untuk menandatangani bagian penting dari kesepakatan perdagangan dengan China lebih awal dari jadwal.
Hal ini meningkatkan selera risiko. Pada Senin, indeks saham S&P 500 melonjak ke rekor tertinggi. AS juga mempertimbangkan perpanjangan suspensi tarif atas barang-barang China senilai USD 34 miliar.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Penurunan Suku Bunga The Fed
Dalam pertemuan The Fed pada Selasa dan Rabu ini, dan investor melihat peluang 94 persen adanya penurunan suku bunga 25 basis poin. Bank sentral AS telah menurunkan suku bunga dua kali tahun ini.
"Pertanyaannya adalah seberapa besar penekanan (Gubernur The Fed Jerome) Powell akan memperlambat pertumbuhan global, jika dia benar-benar menekankan hal itu, pasar akan berpikir bahwa suku bunga bisa lebih rendah, meningkatkan emas," kata Gaffney dari TIAA Bank.
Suku bunga yang lebih rendah membuat emas menarik karena mengurangi biaya peluang memegang logam.
"Kasing bullish untuk emas masih utuh, kemungkinan berada dalam kisaran USD 1.485-USD 1.525 yang lebih besar untuk bulan depan," kata George Gero, Direktur Pelaksana RBC Wealth Management.
Di tempat lain, paladium defisit turun 1persen menjadi USD 1.783 per ounce, setelah mencapai rekor tertinggi USD 1.808,81 pada hari Senin.
"Pasar berada pada tahun kedelapan defisit berturut-turut dan kemungkinan akan tetap pada tahun ke sembilan berturut-turut tahun depan serta pasokan tidak benar-benar tumbuh," kata analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.
Sedangkan harga perak turun 0,4 persen menjadi USD 17,79 per ons, sementara platinum naik 0,1 persen menjadi USD 919,41.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
https://ift.tt/2MZKJit
October 30, 2019 at 07:30AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2MZKJit
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment